Perempuan dan Jati Dirinya
Tulisan ini bukan untuk menjudge jenis saya sendiri
ya,guys…saya hanya ingin berbagi tentang apa yang terjadi.
Kenyataannya,bukan dengan pasanganlah perempuan menjadi
dirinya yang sebenarnya,tapi dengan kelompoknya alias yang sejenis dengannya.
Kok bisa?? Yup,bukan tanpa alasan saya
bilang seperti ini,tapi dengan pengalaman pribadi dan melihat dari keseharian
yang saya jalani.
Meski sebelumnya banyak yang mengatakan, bahwa pasangan yang
baik adalah yang bisa bikin kita jadi diri sendiri ,tapi di lapangan yang
terjadi malah sebaliknya. .Memang,dengan pasangan biasanya perempuan berusaha
sebaik mungkin menjadi sosok yang menyenangkan pasangannya. Bahkan ada yang
dengan ekstrim berubah menyesuaikan seluruh keberadaannya hanya demi jadi
seperti keinginan sang pacar. Eughhhh..
Saya jadi mengerti kenapa bagi perempuan yang dicap boyish
alias tomboy,lebih memilih bergaul dengan laki-laki sebagai teman. Why? Karena
lelaki tidak seribet perempuan,dan tidak terlalu banyak drama dalam hidupnya.
Mereka lebih jujur mengungkapkan perasaan, dan bukan tipe yang suka ngomongin
di belakang. Masa? Serius…karena saya merasakan sendiri betapa seringnya
dikomentarin sama sahabat saya yang notabene seorang cowok. Kalimatnya memang
sering ga diayak (bayangin tuh..terigu yang udah halus aja diayak dulu biar
mantep ketika jadi kue),tapi seenggaknya doi jujur dan sama sekali ga bermaksud
menjatuhkan. Apa yang diungkapkan adalah kebenaran,dan nyata sesuai situasinya.
Contohnya ketika dia menyuruh saya putus dengan pasangan saya, karena menurut
doi hubungan saya ga punya masa depan. Langsung,tanpa tedeng aling-aling..sue
sue. Itu adalah pil pahit yang disodorin langsung ke saya dan tanpa air minum
untuk menelannya.Hehe..
Yang saya temui dalam keseharian saya pribadi,di kantor
maupun di ruang pergaulan,perempuan lebih terlihat nyata saat berada dalam
kelompoknya alias sesama perempuan. Banyak sifat yang keluar saat mereka ada di
tengah sesamanya. Yang sometimes bikin saya jadi mikir..”ini serius?”karena yang
saya dengar saat mereka bersama pasangan dan saat mereka dengan
sesamanya,sangat berbeda. Kenapa? Apakah kita hanya menampilkan sisi terbaik
untuk pasangan? Untuk apa?Agar selalu diterima dan dianggap baik oleh pasangan?
Terlalu banyak bicara,ngomongin orang,yang ketika di
depannya ketawa-ketiwi bareng,sementara di belakang malah diomongin..Komentarin
segala sesuatu yang kadang menurut telinga saya ga perlu didengar. Dan banyak
lagi..Emang situ ga kaya gitu? Ehemmm. Saya justru adalah tipe yang ngomong
seperlunya saja dengan teman kantor. Sementara ketika dengan pasangan,justru
saya berubah jadi bawel dan banyak cerita. Saya merasa lebih nyaman ketika
terbuka dengan orang yang saya percaya,bukan dengan mereka yang sekedar punya
telinga. Dengan mereka yang kadang menimpali hanya sekedar meramaikan
suasana,bukan karena benar teman saya. Ketika teman saya memaksa saya
bicara,pasangan saya malah memohon supaya saya menutup mulut karena saya
bawel,wkwkwksss…
Komentar
Posting Komentar