Saat Lidah Jadi Angkutan Do(s)a

Setiap kali ada yang ngata-ngatain seleb dengan bahasa kasar,gue langsung minder dan mundur dari pembicaraan..Selama pembicaraan cuma sekedar ngomongin hidup seleb ala kadarnya,gue masih mau ikut nimbrung dan ngasih komentar ala kadarnya juga.
Tapi klo udah bawa-bawa bahasa ala orang paling bener sedunia,gue mending nyerah angkat tangan sekalian kaki klo bisa. Gue ga bisa ngatain perempuan lain j*bl*ay,p*r*k,atau bahasa lain yang sodara'an sama itu.Why?Mmm...secara tidak langsung gue berasa ngatain diri sendiri.
Setiap manusia punya masa lalu,punya alasan,punya cerita yang mungkin ga akan disuarakan dengan keras pada orang lain. Gue juga gitu. Gue punya kisah yang ga bisa gue suarakan pada sembarang orang. Gue punya cerita yang bikin gue ga bisa ngatain orang lain sembarangan. Selain karena diajarin dari bocah dulu,bahwa ngatain orang itu dosa.
Ingatan memang jadi momok menakutkan selama otak manusia masih berfungsi normal. Mengikuti dan membayangi sedekat urat nadi. Dan alasan itu juga yang selalu sukses bikin gue ngerem lidah untuk tahu diri. Gue ga sesempurna itu buat menuding orang lain. Gue pendosa,yang sadar udah melakukan dosa dan berharap sepanjang sisa hidup ga melakukan hal yang sama lagi. Karena gue rasa setiap hal baik yang gue lakukan pun mungkin belum mampu menghapus dosa gue sebelumnya.
Makanya gue takjub,ada perempuan yang bisa dengan entengnya ngatain perempuan lain seperti itu..>_<
Begitu sempurnanya kah hidupnya? Hingga merasa berhak menghakimi orang lain.
Klo situasinya dibalik,dan loe ada diposisi perempuan yang dilabeli seperti itu,mau??
Itu mulut lemesss amat,sis..
Ga munafik,gue juga masih suka ngomongin seleb.Sedikit berkomentar tentang apa yang mereka lakukan yang tertangkap oleh kamera-pribadi maupun media-.Tentang apa yang mereka pakai. Dan apa yang mereka lontarkan tentang dirinya atau orang lain.Udah,sebatas itu aja. Masalah dari mana mereka punya uang,apa yang mereka lakukan untuk mendapatkan uang tersebut,pria mana yang direbut.Itu bukan urusan gue.
Gue mengagumi mereka yang bisa tertawa dengan lepas. Saking lepasnya,ga peduli dengan telinga orang lain yang mendengarnya. Saking lepasnya,terus terang bikin sakit telinga orang di dekatnya.Ini sarkas.
Gue kadang ketawa dengan ga tau diri,tapi lihat tempat dan situasi. Dan apakah suasananya layak buat gue ketawa selepas itu. Gue kagum pada mereka yang bisa ketawa selepas itu. Ketawa,dengan ga peduli terhadap apa pun. Termasuk pendengaran dan perasaan orang lain. Ini sarkas.
Gue kagum,pada mereka yang bisa ga sepeduli itu terhadap perasaan orang lain,seolah hanya dirinya yang hidup di dunia.Seolah hanya dirinya yang terlahir punya telinga.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Online Shop Branded 9to9: Niatnya Cari Yang Mudah

Review Film Nymphomaniac

Ngabisin Duit Buat Es Krim Haagen Dazs *Review*