Review Film: Miss Sloane
Jujur,saya agak antipati sama film-film dengan tokoh utama wanita-kecuali film animasi-kenapa? karena biasanya,film dengan tokoh utama wanita itu terlalu melow atau malah mainstream dan kadang ga masuk di akal. Tapi ketika lihat trailer film ini, saya sangat tertarik untuk nonton. Pembawaan tokoh utamanya sedikit mirip dengan saya *gubraaakkk* cius,Miss Sloane yang diperankan dengan apik oleh Jessica Chastain ini punya tampang judes yang tampak dominan di mana pun dia berada. Sekalinya doi senyum,yang keluar bukan aura manis ala Le Mineralle,tapi aura killer yang bikin orang merasa diintimidasi.
Madelaine Elizabeth Sloane alias Miss Sloane adalah seorang pelobi yang bekerja di perusahaan besar yang berhubungan dengan klien dari pemerintahan maupun swasta. Doi jago banget dalam bidang lobi,perpajakan,dan segala macam hal yang berkaitan dengan tugasnya sebagai pelobi handal. Dengan penampilan bussines woman sejati,dia sanggup membuat siapa pun yang berhadapan dengannya keder.Bukan hanya cantik khas wanita barat,dia punya otak yang cemerlang dan karir yang luar biasa.
Film dengan durasi sekitar dua jam dua belas menit ini,awalnya memang bikin saya skeptis bisa anteng nonton selama itu. Tapi ternyata,alur cerita yang cepat,tokoh yang kuat dan genre cerita yang ga biasa buat seorang tokoh wanita,sanggup memikat saya tetap duduk sampai filmnya selesai.
Film dibuka dengan suasana persidangan sang tokoh utama,Miss Sloane,yang sedang menghadapi tuntutan tindakan pelanggaran kode etik dari perusahaan lama tempatnya bekerja. Lalu alur mundur,menceritakan bagaimana dia bisa ada di situ. Bermula dari penawaran seorang tokoh pengusaha yang ingin melegalkan undang-undang penggunaan senjata api dengan sasaran utamanya adalah menyasar para pendukung wanita, tawaran tersebut ditolak mentah-mentah oleh Sloane.
Yup..meski tampak arogan dan dingin bagai gunung es,Sloane tampaknya masih mengedepankan akal sehatnya. Doi tidak bisa melihat sisi positif dari melegalkan pembelian senjata api. Hal itu membuatnya menerima tawaran dari Rodolfo Schmidt (Mark Strong),pimpinan firma kecil yang berencana menentang rancangan undang-undang tersebut,untuk bekerja sama dengannya. Sloane pun pindah kerja dengan membawa beberapa anggota tim dari perusahaanya.
Dan dimulailah perjuangan Sloane untuk melobi tokoh-tokoh besar dalam pemerintahan agar ikut serta bersamanya menentang rancangan undang-undang tersebut.
Wanita cantik dengan otak yang pintar,adalah perpaduan mematikan. Sloane membuktikannya. Dia ambisius dan cerdas,tapi tetap seorang manusia yang memiliki sisi hidup lain. Siapa yang sangka,dibalik penampilannya yang dominan,Sloane adalah penderita insomnia akut. Dia tidak memiliki siklus tidur seperti kita pada umumnya. Sepanjang film,saya bahkan ga pernah melihat dia tidur. Dia mengkonsumsi obat yang berfungsi merangsang inderanya agar tetap terjaga,tanpa merasa lelah.Sepanjang hari,dia disibukan dengan pekerjaan dan pertemuan dengan berbagai macam orang untuk memuluskan rencananya. Film ini juga menampilkan sisi Sloane sebagai perempuan yang tetap membutuhkan seks ,meski hanya untuk sebagai selingan. Dia tidak mendapatkannya dari satu hubungan resmi selayaknya pasangan,Sloane memakai jasa pria panggilan kelas atas.Wew >_<
Di film ini juga kita akan melihat betapa lihainya Sloane sebagai pelobi,dan betapa totalitasnya dalam bekerja ga bisa dipandang sebelah mata. Dia jago memanfaatkan sumber,memilih orang-orang sebagai pelaksana,dan membawa diri dengan baik.Endingnya pun ga se mainstream perkiraan saya,tapi benar-benar sepadan dengan apa yang sudah susah payah dibawakan Jessica Chastain sepanjang film.
Kalian ga bakal nyesel nonton film ini,saya jamin. So,kalau ada waktu sempatkan nonton ya..
See ya
Madelaine Elizabeth Sloane alias Miss Sloane adalah seorang pelobi yang bekerja di perusahaan besar yang berhubungan dengan klien dari pemerintahan maupun swasta. Doi jago banget dalam bidang lobi,perpajakan,dan segala macam hal yang berkaitan dengan tugasnya sebagai pelobi handal. Dengan penampilan bussines woman sejati,dia sanggup membuat siapa pun yang berhadapan dengannya keder.Bukan hanya cantik khas wanita barat,dia punya otak yang cemerlang dan karir yang luar biasa.
Film dengan durasi sekitar dua jam dua belas menit ini,awalnya memang bikin saya skeptis bisa anteng nonton selama itu. Tapi ternyata,alur cerita yang cepat,tokoh yang kuat dan genre cerita yang ga biasa buat seorang tokoh wanita,sanggup memikat saya tetap duduk sampai filmnya selesai.
Film dibuka dengan suasana persidangan sang tokoh utama,Miss Sloane,yang sedang menghadapi tuntutan tindakan pelanggaran kode etik dari perusahaan lama tempatnya bekerja. Lalu alur mundur,menceritakan bagaimana dia bisa ada di situ. Bermula dari penawaran seorang tokoh pengusaha yang ingin melegalkan undang-undang penggunaan senjata api dengan sasaran utamanya adalah menyasar para pendukung wanita, tawaran tersebut ditolak mentah-mentah oleh Sloane.
Yup..meski tampak arogan dan dingin bagai gunung es,Sloane tampaknya masih mengedepankan akal sehatnya. Doi tidak bisa melihat sisi positif dari melegalkan pembelian senjata api. Hal itu membuatnya menerima tawaran dari Rodolfo Schmidt (Mark Strong),pimpinan firma kecil yang berencana menentang rancangan undang-undang tersebut,untuk bekerja sama dengannya. Sloane pun pindah kerja dengan membawa beberapa anggota tim dari perusahaanya.
Dan dimulailah perjuangan Sloane untuk melobi tokoh-tokoh besar dalam pemerintahan agar ikut serta bersamanya menentang rancangan undang-undang tersebut.
Wanita cantik dengan otak yang pintar,adalah perpaduan mematikan. Sloane membuktikannya. Dia ambisius dan cerdas,tapi tetap seorang manusia yang memiliki sisi hidup lain. Siapa yang sangka,dibalik penampilannya yang dominan,Sloane adalah penderita insomnia akut. Dia tidak memiliki siklus tidur seperti kita pada umumnya. Sepanjang film,saya bahkan ga pernah melihat dia tidur. Dia mengkonsumsi obat yang berfungsi merangsang inderanya agar tetap terjaga,tanpa merasa lelah.Sepanjang hari,dia disibukan dengan pekerjaan dan pertemuan dengan berbagai macam orang untuk memuluskan rencananya. Film ini juga menampilkan sisi Sloane sebagai perempuan yang tetap membutuhkan seks ,meski hanya untuk sebagai selingan. Dia tidak mendapatkannya dari satu hubungan resmi selayaknya pasangan,Sloane memakai jasa pria panggilan kelas atas.Wew >_<
Di film ini juga kita akan melihat betapa lihainya Sloane sebagai pelobi,dan betapa totalitasnya dalam bekerja ga bisa dipandang sebelah mata. Dia jago memanfaatkan sumber,memilih orang-orang sebagai pelaksana,dan membawa diri dengan baik.Endingnya pun ga se mainstream perkiraan saya,tapi benar-benar sepadan dengan apa yang sudah susah payah dibawakan Jessica Chastain sepanjang film.
Kalian ga bakal nyesel nonton film ini,saya jamin. So,kalau ada waktu sempatkan nonton ya..
See ya
Komentar
Posting Komentar