Ilmu Ikhlas

Ilmu ikhlas tidak datang pada mereka yang memang punya kemampuan untuk kehilangan tanpa harus meratap atau menyesal. Coba perhatikan,pada zaman nabi dulu ketika diminta untuk mengorbankan anak lelaki satu-satunya yang ditunggu lama. Ingat,itu anak satu-satunya. Sebagai orang tua,bagaimana perasaan sang bapak? Di mana pada masa itu,anak lelaki adalah tampuk harapan dan kebanggaan sebuah keluarga. Yang akan mewarisi seluruh hal tentang orang tua,baik harta maupun kedudukannya dalam masyarakat.
Lalu bergeser ke zaman ini,ilmu ikhlas tidak datang pada mereka yang secara materi berkecukupan,secara status kepemilikan atas apa pun bisa dibilang berlebih. Tidak.
Mereka yang diuji adalah mereka yang dalam keadaan bisa dikatakan kurang,atau bahkan sangat kurang. Karena,bukankah sesuatu lebih terasa berharga ketika kita memilikinya sedikit? Ketika kita dikelilingi dalam semua kecukupan,rasanya segala sesuatu tampak biasa saja. Seperti udara dan air.
Pernah berpikir tentang mereka yang tergeletak di rumah sakit? Setiap tabung oksigen dihitung pemakaiannya dan dirupiahkan. Sementara kita bebas menghirupnya sesuka hati,secara gratis. Pernah melihat bencana kekeringan yang melanda daerah lain? Ga usah jauh-jauh ke negara lain,kota-kota kecil di negeri sendiri juga mengalami krisis air bersih. Mereka harus membeli air dalam drum,tong,atau ember supaya bisa minum atau mandi secara layak. Beberapa bahkan harus berjalan cukup jauh untuk mengangkuti air. Ada yang mencuci pakaian dialiran sungai yang bahkan tampak keruh,tanpa memikirkan kemungkinan terkena penyakit kulit.
Kita tidak menghargai segala sesuatu yang mudah kita temui. Dan mungkin,itulah sebab mereka yang diuji adalah yang dalam kondisi terbatas. Karena,jujur saja,pasti sulit untuk tetap berpikir lurus saat keadaan sedang terhimpit. Dalam ujian,batasan kadang menjadi kabur dan hilang. Manusia cenderung menunjukan rupa asli mereka saat sedang kesulitan. Ikhlas,menjadi penentu pilihan mana yang akan kita ambil. Akankah kita tetap menjadi manusia yang diciptakan Tuhan sebagai mahkluk dengan adab dan akal terbaik? Atau memilih bernegosiasi dengan iblis untuk mencari kemudahan hidup?
Sesuatu yang berlebih,ketika hilang sedikit tidak akan terasa.
Ikhlas,adalah ilmu yang datang dengan pelajaran jangka panjang dan kerendahan hati.Menyadari,bahwa segala seuatu di dunia bukanlah milik kita. Pada hakekatnya,kita hanya dititipkan,untuk suatu saat diminta mengembalikan dan mempertanggungjawabkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Online Shop Branded 9to9: Niatnya Cari Yang Mudah

Review Film Nymphomaniac

Ngabisin Duit Buat Es Krim Haagen Dazs *Review*