Lamaran Yang (sama sekali gak) Romantis
Beberapa malam lalu,saya dan pasangan keluar untuk makan malam. Sementara dia asyik menyantap mie rebus dan nasi di tukang nasgor langganan,saya cuma mesem-mesem nahan diri.Mengingat perut yang sudah berlipat,saya harus tahu diri >_<
Ngobrol ngalor ngidul segala macam hal,saya sempat mengeluh..saya capek dan bosan jadi wanita kurir. Kehidupan sebagai pekerja kantoran menguras tenaga secara fisik dan mental buat saya. Hayati lelah,abang..hikss
Dan seperti biasa juga,klo saya udah mengeluh ga karuan kayak gitu..doi pasti langsung bilang," Ya udah,kamu makanya nikah aja ya..Di rumah,urus anak dan suami aja." Omongan ini bukan bermaksud menyuruh saya menikahi lelaki lain,tapi justru dia ingin saya segera mengubah pemikiran saya dan memutuskan untuk menikah dengannya.
Dan reaksi saya sama seperti biasa jika dia membahas tentang pernikahan disaat saya mengeluh lelah. Saya cuma nyengir bego..dan jawab" Ndutz..alasan aku ngomong kayak gini tuh,bukan karena aku pengen segera dinikahi."
Menikah,buat saya bukan sekedar melepaskan diri sendiri dari tanggung jawab sebagai single fighter dan pencari nafkah tunggal buat diri saya dan keluarga saya. Saya tidak ingin menikah cuma karena mencari sumber uang dari lelaki. Apalagi,pernikahan bukanlah hal yang baru buat saya. Saya masih trauma dengan kegagalan saya sebelumnya. Dan saya juga masih menikmati kesempatan saya tidur sendirian di ranjang saya. Bebas tidur dengan atau tanpa baju.Bebas bangun jam berapa aja,tanpa mikirin harus bangun pagi untuk belanja ke pasar atau nyuci,de-el-el..
Lagipula,meski keberadaan doi saat ini memang sangat membantu saya secara keuangan dan spiritual,saya dan dia masih tetap belum sepemikiran soal agama.
Meski sedari awal saya dan doi memutuskan jalan bareng,dan dia menunjukan keseriusan untuk menikah dengan saya. Kami tetap aja dua kepala batu yang menolak kompromi soal keyakinan. Dan lamaran-lamaran ga romantis dari doi pun berkali-kali datang,yang selalu berakhir jadi bahan candaan kami berdua.
Awal-awal jadian,layaknya pasangan baru kami sering menghabiskan waktu jalan-jalan di taman,meski cuma duduk-duduk doang kami betah sampai berjam-jam di sana. Dan dia selalu menyatakan keinginannya untuk menikahi saya setiap kali kami datang ke tempat itu.Harusnya sih jatuhnya romantis ya..di taman,di pinggir danau yang dikelilingi pepohonan rindang dan pasangan kasmaran lainnya. Tapi ga tuh buat kami. Sehabis dia mengucapkan itu dan saya selesai ketawa,kami sibuk bahas hal lainnya dan membiarkan percakapan itu menghilang di udara.
Lalu,bila saya atau dia ulang tahun,moment lamaran ga romantis itu pun seringnya terucap. Kalau dijumlahkan,entah sudah berapa kali dia melamar saya ^_^
Mungkin,entah esok atau lusa,lamaran itu benar berakhir di pelaminan bagi kami berdua.
Amiin..
Ngobrol ngalor ngidul segala macam hal,saya sempat mengeluh..saya capek dan bosan jadi wanita kurir. Kehidupan sebagai pekerja kantoran menguras tenaga secara fisik dan mental buat saya. Hayati lelah,abang..hikss
Dan seperti biasa juga,klo saya udah mengeluh ga karuan kayak gitu..doi pasti langsung bilang," Ya udah,kamu makanya nikah aja ya..Di rumah,urus anak dan suami aja." Omongan ini bukan bermaksud menyuruh saya menikahi lelaki lain,tapi justru dia ingin saya segera mengubah pemikiran saya dan memutuskan untuk menikah dengannya.
Dan reaksi saya sama seperti biasa jika dia membahas tentang pernikahan disaat saya mengeluh lelah. Saya cuma nyengir bego..dan jawab" Ndutz..alasan aku ngomong kayak gini tuh,bukan karena aku pengen segera dinikahi."
Menikah,buat saya bukan sekedar melepaskan diri sendiri dari tanggung jawab sebagai single fighter dan pencari nafkah tunggal buat diri saya dan keluarga saya. Saya tidak ingin menikah cuma karena mencari sumber uang dari lelaki. Apalagi,pernikahan bukanlah hal yang baru buat saya. Saya masih trauma dengan kegagalan saya sebelumnya. Dan saya juga masih menikmati kesempatan saya tidur sendirian di ranjang saya. Bebas tidur dengan atau tanpa baju.Bebas bangun jam berapa aja,tanpa mikirin harus bangun pagi untuk belanja ke pasar atau nyuci,de-el-el..
Lagipula,meski keberadaan doi saat ini memang sangat membantu saya secara keuangan dan spiritual,saya dan dia masih tetap belum sepemikiran soal agama.
Meski sedari awal saya dan doi memutuskan jalan bareng,dan dia menunjukan keseriusan untuk menikah dengan saya. Kami tetap aja dua kepala batu yang menolak kompromi soal keyakinan. Dan lamaran-lamaran ga romantis dari doi pun berkali-kali datang,yang selalu berakhir jadi bahan candaan kami berdua.
Awal-awal jadian,layaknya pasangan baru kami sering menghabiskan waktu jalan-jalan di taman,meski cuma duduk-duduk doang kami betah sampai berjam-jam di sana. Dan dia selalu menyatakan keinginannya untuk menikahi saya setiap kali kami datang ke tempat itu.Harusnya sih jatuhnya romantis ya..di taman,di pinggir danau yang dikelilingi pepohonan rindang dan pasangan kasmaran lainnya. Tapi ga tuh buat kami. Sehabis dia mengucapkan itu dan saya selesai ketawa,kami sibuk bahas hal lainnya dan membiarkan percakapan itu menghilang di udara.
Lalu,bila saya atau dia ulang tahun,moment lamaran ga romantis itu pun seringnya terucap. Kalau dijumlahkan,entah sudah berapa kali dia melamar saya ^_^
Mungkin,entah esok atau lusa,lamaran itu benar berakhir di pelaminan bagi kami berdua.
Amiin..
Komentar
Posting Komentar