Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2018

Review Amatir : The Meg

Gambar
Sampai di pertengahan film ini,saya masih ga mudeng kenapa judulnya The Meg. Meski di poster filmnya udah ada gambar ikan hiu segede gaban diperairan,dengan Jason Statham sedang berenang di sebelahnya. Perhatian saya lebih terarah ke aktor ganteng yang buat saya lebih menarik dari ikannya,hehe.. Akhirnya setelah melihat jelas penampakan si ikan,saya baru paham. The Meg itu sebutan lain untuk si ikan,ternyata. Megalodon ( Carcharodon megalodon) . Hiu besar purba yang ukurannya jauh lebih besar dari ukuran hiu jenis manapun yang masih eksis sampai hari ini.   Ukuran megalodon jauh melebihi ikan hiu paus (whale shark) yakni ikan terbesar di dunia yang hidup di masa sekarang yang panjangnya hanya mencapai 15 m. Meski demikian, ukuran Megalodon tetap lebih kecil dari binatang terbesar di dunia yaitu ikan paus biru yang panjangnya mencapai 33 M.(Dikutip dari WWW.Liputan 6.com) Tipikal film-film kayak gini tuh buat saya udah ketebak ceritanya. Tapi gpp lah,ya..kan ada Jason-nya.

Review Sate Bang H.Wahab

Gambar
Lebih dari dua puluh tahun tinggal di Tangerang,dan jarak dari rumah ke TKP cuma sekitar 4 kilometer,saya baru nyobain makan sate kambing Bang H.Wahab *plaaakkk* Ini aib,sodara-sodara!!! Hehehe.. Saya yakin,yang lain pasti udah sering nyobain sate dan sop kambing yang cukup terkenal di Tangerang ini. Secara cukup banyak review positif dari mereka yang sudah mampir ke sini dan menjadi langganan. Lokasinya yang strategis dan mudah dijangkau karena dilewati hampir semua angkutan umum,jadi salah satu point yang bikin kuliner ini diburu dan cepat habis. Mereka cuma buka dari jam 14.00 - 19.30,sis..itu pun klo kamu beruntung. Seringnya sebelum jam segitu udah habis duluan. Saya yang tadinya biasa-biasa aja,jadi terusik juga pengen nyobain. Masa, ngaku pecinta sop kambing garis keras,ga nyobain sop yang dipuja sejuta umat ini?! Apa kata dunia? Akhirnya pas pulang kantor setengah hari Sabtu lalu,saya mantap buat gowes ke TKP. Tapi karena jam buka mereka itu jam dua siang,sedang saya keluar

Jelong-Jelong Ke Cimory Riverside

Gambar
Nyebut Cimory tuh pasti langsung pada mikir yogurt,bener ga? Yup,saya juga gitu,kok.. Tapi Cimory yang mau saya review kali ini bukan tentang yogurt-nya,ya..saya mau share tentang kunjungan saya ke salah satu dari dua tempat wisata keluarga yang pakai nama Cimory ini. Kebetulan,keduanya ada di daerah Puncak,Jawa Barat. Jadi kalo kalian mau ke arah Puncak pasti lewati mereka. Jika dari arah Jakarta,maka yang ketemu duluan adalah di Cimory Riverside,baru saudaranya si Cimory Mountainview. Ga kayak minimarket yang suka nekad berdiri sebelahan padahal beda brand itu,Cimory ini jaraknya lumayan jauh satu sama lain. ^__^ Saya dan partner saya kebetulan menyempatkan diri buat mampir minggu lalu-baca,saya yang maksa,padahal udah magrib-wewww.. Emang bedanya apa sih kedua tempat satu nama itu? Jadi,untuk yang Riverside mereka mengusung tema tepi sungai gitu..kita bisa makan di resto yang terletak di sisi sungai,atau jalan-jalan dan foto-foto di sekitar sungai dan jembatannya setelah makan.

Kangen Jadi Jomblo

Ini tuh semacam rasa bersyukur yang kurang kali,ya? >__< Ada yang saking lamanya berdoa minta pasangan,biar kemana-mana ada yang nemenin,ada yang jajanin,ada yang bayarin,upsss.. Ehhh,ini malah ada yang kangen dengan status jomblo alias ga punya gandengan *wong edannn* Beberapa waktu belakangan,saya sering mikir soal ini. Betapa kebebasan ketika tidak punya pasangan itu nikmatnya mungkin bisa disetarakan dengan status taken. Emang,punya pasangan berarti kita bisa diibaratkan kayak punya sopir pribadi gretong kemana-mana,punya semacam ATM berjalan (yang ga ngaku berarti munafuck..),punya jaminan keamanan lebih baik dibanding jalan sendirian,right sodara-sodara?? Saya ga akan menolak mengakui semua kenikmatan tersebut..tapiiiii,di sisi lain memang selalu ada semacam compare atas segala sesuatu ya *sok menghela nafas* Ketika punya pasangan,seringnya saya harus kompromi dengan maunya doi. Termasuk soal makan dan tempat yang ingin dikunjungi. Berbeda dengan perempuan normalnya,da

Invasi Para Kutu

Jujur,saya lupa apakah dulu saya pernah mengalami rasanya ternak kutu di kepala atau ga..Membayangkannya aja udah berasa iyuh banget. *ewww* Tapi,sejak anak saya ga lagi tinggal serumah dengan saya, dan berada dalam pengawasan keluarga ayahnya yang notabene masih lingkungan kampung,kutu bukan lagi makhluk aneh buat saya. Sorry to say,bukan saya merendahkan lokasi tempat tinggal atau apa..karena musti diluruskan juga persepsi salah tentang kutu rambut selama ini. Kutu rambut tidak menginvasi kepala yang kondisinya jorok atau kotor aja sis. Bahkan keadaan rambut yang terjaga baik pun tetap bisa kena kutu rambut. Usaha saya untuk mengenyahkan makhluk menyebalkan itu dari kepala anak saya,udah segala macam. Mulai dari dicariin satu-satu,pakai obat kutu rambut Peditox,sampai beli sisir serit yang giginya rapat itu. Bahkan sampai bela-belain beli sisir serit yang harganya sampai 200k. Tapi karena anak saya masih bergaul dan tinggal di lingkungan itu,hasilnya tentu saja nihil alias percuma.