You Always Have a Choice
Banyak orang mengatakan "saya tidak punya pilihan",tanpa benar-benar menyadari apakah dia sungguh tidak punya pilihan,atau hanya sekedar terlalu takut berada pada situasi di mana dia harus memilih,dan malah kehilangan kesempatan mendapatkan sesuatu yang bagus.
Buat saya pribadi,setiap orang selalu punya pilihan. Hanya tergantung pada manusia itu sendiri,dia mau menggunakan hak pilihnya atau tidak?
Bukankah lebih baik menyesali suatu pilihan yang kita putuskan sendiri,daripada menyesali hasil dari keputusan orang lain untuk hidup kita? Dan tidak menyesal adalah bonus terbaik yang bisa diberikan hidup atas sebuah pilihan yang kita buat.
Saya membuat banyak pilihan atas hidup yang saya sesali dikemudian hari,tapi saya cukup berjiwa besar untuk tidak menyalahkan siapa pun. Untuk apa? Toh,saya yang memilih keputusan tersebut. Penyesalan adalah harga yang harus saya bayar tanpa proses tawar-menawar.
Entah kebetulan,atau justru sebuah rencana Tuhan..tapi saya selalu percaya bahwa apapun yang terjadi dalam hidup saya,tidak ada yang mengejutkan buat Dia. Yang saya lakukan,yang saya lewati,adalah hasil dari keputusan saya yang sudah Dia ketahui. Saya cukup bodoh untuk melakukannya beberapa kali,dan Dia cukup mengasihi saya untuk tetap perduli bahkan setelah saya melangkah pergi terlalu jauh. Merasa terlalu mustahil untuk kembali. But, you know what? He call me..Dia panggil saya berulang kali hingga saya tidak bisa tidak untuk pulang kembali.
Ada beberapa moment dalam hidup saya,hasil akhir dari pilihan saya, sekarang menjadi bahan tertawaan buat saya pribadi. Saya baru sadar,betapa naif dan bodohnya saya..tapi Dia tidak mau repot-repot menghakimi,toh saya sudah merasa malu pada diri saya sendiri. Moment itu mengingatkan saya akan ego masa muda,dan keangkuhan yang begitu besar. Bukankah setiap kita mengalaminya? Tidak apa,itu proses menuju dewasa..
Saya selalu punya pilihan,dan saya yakin anda juga..
Beberapa waktu lalu,saya mendengar cerita tentang seseorang. Buat saya,kisahnya terdengar jadi menyedihkan. Ketika biasanya, seorang perempuan yang ada di posisi tidak bisa memilih meski ingin,ini justru sebaliknya. Familiar dengan kisah Siti Nurbaya? Kisah perjodohan dari zaman kuda gigit besi itu,bahkan sampai kini bukanlah cerita yang asing buat setiap orang. Dan seperti yang kita semua ketahui,perempuanlah yang harus menerima keadaan,bukan pihak lelaki.
Lalu bagaimana bisa,seorang lelaki menyatakan dirinya tidak punya pilihan? Ini tahun berapa sih? Zaman apa?
Sebagai perempuan,saya merasa pola pikir saya memang terlalu ekstrim bagi beberapa orang. Tapi di sisi lain,saya tetaplah seorang wanita yang meyakini pandangan ketimuran dalam proses tumbuh besarnya. Bagi saya,pria adalah sosok dominan yang seharusnya punya kuasa atas hidupnya sendiri,tanpa harus merendahkan etika dan adat yang membesarkannya. Tapi juga harus punya pandangan hidup yang benar. Bagaimana bisa seorang pria memimpin jika keputusannya selalu dipengaruhi oleh dominasi orang lain?
Buat saya pribadi,setiap orang selalu punya pilihan. Hanya tergantung pada manusia itu sendiri,dia mau menggunakan hak pilihnya atau tidak?
Bukankah lebih baik menyesali suatu pilihan yang kita putuskan sendiri,daripada menyesali hasil dari keputusan orang lain untuk hidup kita? Dan tidak menyesal adalah bonus terbaik yang bisa diberikan hidup atas sebuah pilihan yang kita buat.
Saya membuat banyak pilihan atas hidup yang saya sesali dikemudian hari,tapi saya cukup berjiwa besar untuk tidak menyalahkan siapa pun. Untuk apa? Toh,saya yang memilih keputusan tersebut. Penyesalan adalah harga yang harus saya bayar tanpa proses tawar-menawar.
Entah kebetulan,atau justru sebuah rencana Tuhan..tapi saya selalu percaya bahwa apapun yang terjadi dalam hidup saya,tidak ada yang mengejutkan buat Dia. Yang saya lakukan,yang saya lewati,adalah hasil dari keputusan saya yang sudah Dia ketahui. Saya cukup bodoh untuk melakukannya beberapa kali,dan Dia cukup mengasihi saya untuk tetap perduli bahkan setelah saya melangkah pergi terlalu jauh. Merasa terlalu mustahil untuk kembali. But, you know what? He call me..Dia panggil saya berulang kali hingga saya tidak bisa tidak untuk pulang kembali.
Ada beberapa moment dalam hidup saya,hasil akhir dari pilihan saya, sekarang menjadi bahan tertawaan buat saya pribadi. Saya baru sadar,betapa naif dan bodohnya saya..tapi Dia tidak mau repot-repot menghakimi,toh saya sudah merasa malu pada diri saya sendiri. Moment itu mengingatkan saya akan ego masa muda,dan keangkuhan yang begitu besar. Bukankah setiap kita mengalaminya? Tidak apa,itu proses menuju dewasa..
Saya selalu punya pilihan,dan saya yakin anda juga..
Beberapa waktu lalu,saya mendengar cerita tentang seseorang. Buat saya,kisahnya terdengar jadi menyedihkan. Ketika biasanya, seorang perempuan yang ada di posisi tidak bisa memilih meski ingin,ini justru sebaliknya. Familiar dengan kisah Siti Nurbaya? Kisah perjodohan dari zaman kuda gigit besi itu,bahkan sampai kini bukanlah cerita yang asing buat setiap orang. Dan seperti yang kita semua ketahui,perempuanlah yang harus menerima keadaan,bukan pihak lelaki.
Lalu bagaimana bisa,seorang lelaki menyatakan dirinya tidak punya pilihan? Ini tahun berapa sih? Zaman apa?
Sebagai perempuan,saya merasa pola pikir saya memang terlalu ekstrim bagi beberapa orang. Tapi di sisi lain,saya tetaplah seorang wanita yang meyakini pandangan ketimuran dalam proses tumbuh besarnya. Bagi saya,pria adalah sosok dominan yang seharusnya punya kuasa atas hidupnya sendiri,tanpa harus merendahkan etika dan adat yang membesarkannya. Tapi juga harus punya pandangan hidup yang benar. Bagaimana bisa seorang pria memimpin jika keputusannya selalu dipengaruhi oleh dominasi orang lain?
Komentar
Posting Komentar