Merelakanmu
Tiba saatnya,kuakhiri semua..
Kulepas kisah kita selamanya
Akan kucoba terus melangkah
Walau serpihan perasaan hatiku masih bersamamu..
-Adera,Serpihan hati-
Setiap orang,punya alasan mempertahankan sesuatu entah itu hubungan atau apa pun..
Tapi aku tahu,alasan kita bertahan tidaklah bisa dipaksakan.
Sudah lebih dari enam tahun kita bersama,dan mencoba berbagai kemungkinan untuk tetap mempertahankan kebersamaan ini.
Aku,masih punya harapan..masih ingin bersamamu. Tapi aku juga tahu,ini ga adil buat kamu. Mau sampai kapan,kita mempertahankan seseorang yang kita tahu tidak akan merubah pemikirannya bahkan atas nama cinta sekalipun??
Aku sadar,pandangan mata yang kamu lemparkan ketika melihat pasangan lain. Aku tahu kamu melihat mereka dengan rasa iri. Kamu ingin seperti mereka. Kamu ingin punya pasangan hidup yang terikat secara sah,yang bisa menemanimu bukan hanya untuk beberapa waktu dalam sehari,tapi untuk setiap hari. Setiap saat. Kamu ingin punya seseorang yang mengurus semua kebutuhanmu. Kamu ingin punya penerus keturunan darahmu. Betapa pun kamu berusaha untuk tidak memperlihatkannya,tapi aku sungguh tahu.
Meski berat,aku harus ambil keputusan untuk kebaikanmu..untuk hidupmu.Untuk kebahagiaanmu.
Tidak mudah,dan tidak akan bisa mudah dengan cara seperti apa pun merelakanmu..
Aku,menemukanmu yang menggenggamku dengan hangat,memperlakukanku seolah aku begitu berharga.
Sebulan menjelang perpisahan,aku habis-habisan mendengar semua lagu galau yang bisa menguras air mata dan bikin sesak nafas.Meski rasanya seperti mau mati,setidaknya aku belajar membiasakan diri. Perih ini,sesak ini,akan menjadi teman sepeninggalmu nanti.
Aku,ga ngerti bagaimana caranya bertahan tanpa kamu. Setelah sekitar 7 tahun bersamamu,dimanjakan dengan semua perhatian dan rasa sayang itu.Kehilanganmu,seperti membuatku kehilangan arah hidup. Jika mereka yang pernah patah hati mengatakan rasanya sakit tak terkira,aku paham sekarang. Sakit ini menyiksa seluruh indraku. Menorehkan luka yang tak berdarah namun pedihnya terasa sangat nyata.
Mata ini nanar menatap gelap,bahkan saat sekitarku tak terlihat,sosokmu terasa nyata mengisi setiap ruang yang kudiami. Ketika di mana kutolehkan kepala,di sana kau pernah ada. Lalu bagaimana aku bisa mudah lupa? Sekelilingku,ada atmosfer dirimu yang menguar begitu kuat.
Hati ini,bukan sekedar patah kali ini.
Aku kehilanganmu.
Aku kehilangan cintaku.
Setiap kali,setiap hari..segala sesuatu mengingatkanku akan dirimu. Bagaimana aku bisa melanjutkan hidup tanpa hadirmu?
Ketika seluruh permukaan tubuhmu pernah kujelajahi bagai meneliti peta harta karun. Kehangatannya kuresapi. Lalu bagaimana aku bisa melanjutkan hidup tanpa hadirmu?
"Beda usia sebelas tahun.."
"Berhijab"
"Dari keluarga baik-baik"
Dia punya semua kriteria terbaik yang diinginkan oleh keluarga besarmu untuk menjadi pendamping hidupmu.
"Kamu segalanya"
"Kamu sempurna"
"Aku ga ingin menyakiti perasaanmu"
Nyatanya,semua itu tidak bisa menjadi alasan untuk membuatmu tetap bertahan mendampingiku. Kamu menyerah pada apa yang menjadi pilihan keluarga besarmu.
"Aku sudah berjuang"
"Kenapa kamu ga mau berusaha demi aku?"
Ya..kamu sudah berjuang,mungkin hanya aku saja yang tidak layak untuk diperjuangkan.
Kisah kita,selama delapan tahun,kandas dengan pamit sekejap darimu.Tiga minggu sebelum hari pernikahan kalian.
Dan aku merepih perih sendiri,demi bahagiamu dengan dirinya yang sempurna.
Doa dariku yang tak terpilih..adalah kiranya Tuhan senantiasa memberi kebahagiaan padamu. Bahagialah.
Meski aku harus terseok-seok menahan pedih. Bagai mayat hidup yang sudah tak lagi punya jiwa,namun tetap harus menghadapi hari. Aku bangun,menangis,bekerja,makan,menangis,dan tertidur karena lelah meratapimu. Rutinitas patah hati ini harus dihadapi,bukan?
Meski seluruh tubuh ini sakit merindu,dada ini sesak menahan sengsara kehilangan,dan mata ini lelah menangis. Aku masih belum bisa berhenti berkabung. Rasa ini terus berjalan,menemani sakitku. Hingga suatu waktu Dia berkenan memulihkan hatiku.
Kulepas kisah kita selamanya
Akan kucoba terus melangkah
Walau serpihan perasaan hatiku masih bersamamu..
-Adera,Serpihan hati-
Setiap orang,punya alasan mempertahankan sesuatu entah itu hubungan atau apa pun..
Tapi aku tahu,alasan kita bertahan tidaklah bisa dipaksakan.
Sudah lebih dari enam tahun kita bersama,dan mencoba berbagai kemungkinan untuk tetap mempertahankan kebersamaan ini.
Aku,masih punya harapan..masih ingin bersamamu. Tapi aku juga tahu,ini ga adil buat kamu. Mau sampai kapan,kita mempertahankan seseorang yang kita tahu tidak akan merubah pemikirannya bahkan atas nama cinta sekalipun??
Aku sadar,pandangan mata yang kamu lemparkan ketika melihat pasangan lain. Aku tahu kamu melihat mereka dengan rasa iri. Kamu ingin seperti mereka. Kamu ingin punya pasangan hidup yang terikat secara sah,yang bisa menemanimu bukan hanya untuk beberapa waktu dalam sehari,tapi untuk setiap hari. Setiap saat. Kamu ingin punya seseorang yang mengurus semua kebutuhanmu. Kamu ingin punya penerus keturunan darahmu. Betapa pun kamu berusaha untuk tidak memperlihatkannya,tapi aku sungguh tahu.
Meski berat,aku harus ambil keputusan untuk kebaikanmu..untuk hidupmu.Untuk kebahagiaanmu.
Tidak mudah,dan tidak akan bisa mudah dengan cara seperti apa pun merelakanmu..
Aku,menemukanmu yang menggenggamku dengan hangat,memperlakukanku seolah aku begitu berharga.
Sebulan menjelang perpisahan,aku habis-habisan mendengar semua lagu galau yang bisa menguras air mata dan bikin sesak nafas.Meski rasanya seperti mau mati,setidaknya aku belajar membiasakan diri. Perih ini,sesak ini,akan menjadi teman sepeninggalmu nanti.
Aku,ga ngerti bagaimana caranya bertahan tanpa kamu. Setelah sekitar 7 tahun bersamamu,dimanjakan dengan semua perhatian dan rasa sayang itu.Kehilanganmu,seperti membuatku kehilangan arah hidup. Jika mereka yang pernah patah hati mengatakan rasanya sakit tak terkira,aku paham sekarang. Sakit ini menyiksa seluruh indraku. Menorehkan luka yang tak berdarah namun pedihnya terasa sangat nyata.
Mata ini nanar menatap gelap,bahkan saat sekitarku tak terlihat,sosokmu terasa nyata mengisi setiap ruang yang kudiami. Ketika di mana kutolehkan kepala,di sana kau pernah ada. Lalu bagaimana aku bisa mudah lupa? Sekelilingku,ada atmosfer dirimu yang menguar begitu kuat.
Hati ini,bukan sekedar patah kali ini.
Aku kehilanganmu.
Aku kehilangan cintaku.
Setiap kali,setiap hari..segala sesuatu mengingatkanku akan dirimu. Bagaimana aku bisa melanjutkan hidup tanpa hadirmu?
Ketika seluruh permukaan tubuhmu pernah kujelajahi bagai meneliti peta harta karun. Kehangatannya kuresapi. Lalu bagaimana aku bisa melanjutkan hidup tanpa hadirmu?
"Beda usia sebelas tahun.."
"Berhijab"
"Dari keluarga baik-baik"
Dia punya semua kriteria terbaik yang diinginkan oleh keluarga besarmu untuk menjadi pendamping hidupmu.
"Kamu segalanya"
"Kamu sempurna"
"Aku ga ingin menyakiti perasaanmu"
Nyatanya,semua itu tidak bisa menjadi alasan untuk membuatmu tetap bertahan mendampingiku. Kamu menyerah pada apa yang menjadi pilihan keluarga besarmu.
"Aku sudah berjuang"
"Kenapa kamu ga mau berusaha demi aku?"
Ya..kamu sudah berjuang,mungkin hanya aku saja yang tidak layak untuk diperjuangkan.
Kisah kita,selama delapan tahun,kandas dengan pamit sekejap darimu.Tiga minggu sebelum hari pernikahan kalian.
Dan aku merepih perih sendiri,demi bahagiamu dengan dirinya yang sempurna.
Doa dariku yang tak terpilih..adalah kiranya Tuhan senantiasa memberi kebahagiaan padamu. Bahagialah.
Meski aku harus terseok-seok menahan pedih. Bagai mayat hidup yang sudah tak lagi punya jiwa,namun tetap harus menghadapi hari. Aku bangun,menangis,bekerja,makan,menangis,dan tertidur karena lelah meratapimu. Rutinitas patah hati ini harus dihadapi,bukan?
Meski seluruh tubuh ini sakit merindu,dada ini sesak menahan sengsara kehilangan,dan mata ini lelah menangis. Aku masih belum bisa berhenti berkabung. Rasa ini terus berjalan,menemani sakitku. Hingga suatu waktu Dia berkenan memulihkan hatiku.
Komentar
Posting Komentar